SMA terbuka se-Jawa Timur berjuang
bersama-sama mendaki gunung Argo Patuk Candi Dadi (APC) Desa Junjung,
Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung sembari membawa bendera
ukuran 2x15 meter yang akan dibentangkan di puncak.
Upacara dan pembentangan bendera jumbo ini merupakan bagian rangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan.
Sebelumnya, para siswa-siswi yang memperoleh fasilitas layanan
pendidikan khusus ini sudah melakukan kemah di bawah gunung APC sejak
tanggal 16 Agustus kemarin.
Dikatakan pendidikan khusus, karena siswa-siswi yang terwadahi dalam
SMP maupun SMA terbuka ini, mereka yang tidak bisa menikmati pendidikan
secara regular atas dasar beberapa keterbatasan.
“Jadi keberadaan SMP dan SMA regular selama ini, baik yang negri
maupun swasta, itu hanya menjangkau anak-anak yang tidak mempunyai
permasalahan dengan waktu, di samping juga permasalahan ekonomi,”
ungkap Agus Prasetya selaku ketua Asosiasi Penyelenggara Pendidikan
Layanan Khusus pusat (Kepanjen, Malang, Red).
Sedangka realitanya, Lanjut Agus, di masyarakat kita, masih banyak
anak-anak yang seharusnya jadi calon peserta didik dan duduk dibangku
belajar SMP maupun SMA dia harus bergelut menjadi tulang punggung
ekonomi keluarga.
“Rata-rata anak usia sekolah SMA kelas 1 dan 2 banyak dari mereka
yang harus bekerja di sektor formil di perusahaan swasta. Bahkan ada
juga bekerja di instansi pemerintah, baik sebagai pesuruh, bekerja di
kantin dan sebagainya,” imbuh Agus.
Melalui SMP dan SMA terbuka mandiri, lanjut Agus, dengan momen HUT RI
ini bisa benar-benar merdeka dan memperoleh pengakuan dan payung hukum
yang layak, sehingga pada akhirnya memiliki kontribusi untuk
mencerdaskan anak bangsa.
Pembentangan bendera berukuran jumbo dan upacara bendera ini dihadiri
oleh 300 peserta didik siswa-siswi SMP dan SMA terbuka se-Jawa Timur,
mulai dari Ponorogo, Nganjuk, kediri, Malang, dan Tulungangung.
Bertindak sebagai Instruktur, kepala bidang promosi pariwisata
Tulungagung, Bapak Heru.